Friday, April 16, 2010

Asuhan Keperawatan Pada Klien Hernia

 

A. Definisi
    Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat/ kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ. (Barbara Engran, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, 1998, Jakarta, Buku Kedokteran)
    Hernia Abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskuida pongurotik dinding perut, baik secara kongenital / didapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang bisa melalui dinding tersebut. (Arif Mansyur, kapita Selekta kedokteran, 313).
    Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Hernia Hiatal adalah penonjolan dari suatu bagian lambung melalui diafragma, dari posisinya yang normal di dalam perut

B. Etiologi
    a) Kongenital (bawaan)
       Adanya defrek pada suatu dinding rongga.
    b) Akquisita (didapat) 
    Hernia ini bisa didapat oleh suatu sebab yaitu umur, jenis kelamin, obesitas, kelemahan umum, lansia, tekan intra abdominal yang tinggi.
A. Patofisiologi
           ini gambar hernia inguinalis lateralis (A) dan medialis (B). Lingkaran adalah bagian dinding    
     perut yang lemah atau terbuka. Tampak bagian usus halus yang keluar melalui lingkaran. Usus 
     akan keluar dari tempatnya bila terdapat tekanan yang meningkat di dalam rongga perutnya,     
     misalnya mengedan, menangis keras, terpingkal-pingkal, batuk keras. Bila semua telah mereda, 
     terlebih kalau klien berbaring terlentang, maka usus akan kembali ke tempatnya semula. Benjolan 
     menghilang.

B. Manisfestasi Klinis
           Umumnya pasien mengatakan turun berok burut, atau kelingsir, atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/ kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil / menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri bisa timbul kembali,dan juga agak sakit.

Gejalanya berupa:
a) Gangguan pernafasan yang berat
b) Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
c) Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
d) Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
e) Takikardia (denyut jantung yang cepat).( Hernia Diafragmatika )

E. Komplikasi

o Terjadi perlengketan antara isi Hernia dengan dinding kantung hernia sehingga isi Hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
o Terjadi penekanan terhadap cincin Hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk
H. Pemeriksaan Penunjang
o Biasanya, pemeriksaan rontgen bisa menunjukkan adanya hernia hiatal, meskipun harus disertai dengan penekanan yang kuat pada perut
o Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik,yaitu:
1. gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris
2. tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia
3. bising usus terdengar di dada
4. perut teraba kosong.
5. Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada ( pada hernia diagfragmatika ).
o Foto ronsen spinal
o Elektromiografi
o Venogram epidural
o Fungsi lumbal
o Tanda leseque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)
o Scan CT
o MRI
o Mielogram
I. Penatalaksanaan
o Laparoscopic
Fokus Pengkajian
a. Data Demografi
Nama-nama panggilan, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat Hernia sebelumnya, penyakit abdomen
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada hubungan Hernia dengan penyakit keturunan dan penyakit menular
d. Riwayat kesehatan sekarang
o Aktivitas/ istirahat
o Keletihan, kelemahan, tidak mampu beraktifitas karena terasa sakit di daerah perut.
o Nyeri/ kenyamanan
o Nyeri abdomen
o Keamanan
o Penyakit abdomen, demam
o Makanan/ cairan
o Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.
e. Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi
Terlihat adanya benjolan
f. Palpasi
Adanya inflamasi skrotum skunder terhadap hernioraf
J. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan Agen pencedera saraf, spasme otot.
2. Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan nyeri dan ketidak nyamanan, spasme otot, terapi restriktif, tirah baring, traksi, kerusakan neuromuskular.
3. Ansietas (Uraikan tingkatan) koping, individual, tak efektif (kronis) berhubungan dengan krisis situasi.
K. Intervensi
1. DK :Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan Agen pencedera saraf, spasme otot.
o Kriteria hasil :
1. Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol
2. Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
3. Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik (mis, keterampilan relaksasi, modifikasi perilaku) untuk menghilangkan nyeri.
o Tindakan / Intervensi
1. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus/ yang memperberat. Minta pada pasien untuk menetapkan pada skala 0-10.
2. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
3. Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi.
4. Bantu pemasangan brace/ korset.
5. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.
6. Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah dijangkau/ diraih oleh pasien.
7. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi / visualisasi.
8. Instruksikan / anjurkan untuk melakukan mekanika tubuh / gerakan yang tepat.
9. Berikan kesempatan untuk berbicara/ mendengarkan masalah pasien.
o Rasional
1. Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.
2. Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan menfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan diskus.
3. Menurunkan fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh.
4. Berguna selama fase akut dari ruptus diskus untuk memberikan sokongan dan membatasi fleksi/ terpelintir.
5. Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar diskus intervertebralis yang terkena.
6. Menurunkan risiko peregangan saat meraih.
7. Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
8. Menghilangkan / mengurangi stress pada otot dan mencegah trauma lebih lanjut.
9. Ventilasi rasa takut / cemas dapat membantu untuk menurunkan faktor-faktor stress selama dalam keadaan sakit dan dirawat.
2. DK : Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan nyeri dan ketidak nyamanan, spasme otot, terapi restriktif, tirah baring, traksi, kerusakan neuromuskular.
o Kriteria hasil :
1. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/ faktor risiko dan aturan pengobatan individual.
2. Mendemonstrasikan teknik / perilaku yang mungkin.
3. 3. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan atau kompensasi.
o Tindakan / Intervensi
1. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.
2. Catat respons-respons emosi / perilaku pada imobilisasi. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien.
3. Ikuti aktivitas / prosedur dengan periode istirahat.
4. Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif.
5. Anjurkan pasien untuk melatih kaki bagian bawah/ lutut. Nilai adanya edema, eritema pada ekstremitas bawah, adanya tanda Homan.
6. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.
7. Demonstrasikan penggunaan alat penolong, seperti alat bantu jalan, tongkat.
8. Periksa keadaan kulit di bawah brace dengan periode waktu tertentu
o Rasional
1. Tergantung pada bagian tubuh yang terkena / jenis prosedur, aktivitas yang kurang berhati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal (rujuk pada pembedahan diskusi).
2. Immobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan, peka rangsang.
3. Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien dan perawaan kontrol terhadap diri.
4. Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki mekanika tubuh.
5. Stimulasi sirkulasi vena/ arus balik vena menurunkan vena yang statis dan kemungkinan terbentuknya trombus.
6. Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
7. Memberikan stabilitas dan sokongan untuk mengkompensasi gangguan tonus/ kekuatan otot dan keseimbangannya.
8. Menurunkan resiko iritasi/ kerusakan pada kulit.
3. DK : Ansietas (Uraikan tingkatan) koping, individual, tak efektif (kronis) berhubungan dengan krisis situasi.
o Kriteria hasil :
1. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang ada tingkat dapat diatasi
2. Mengidentifikasi ketidak efektifan perilaku koping dan konsekuensinya.
3. Mengkaji situasi terbaru dengan akurat
4. Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah.
5. Mengembangkan rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu
o Tindakan / Intervensi
1. Kaji tingkat ansietas pasien.
2. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.
3. Berikan pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya, seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan dalam pekerjaan/ finansial, perubahan peran dan tanggung jawab.
4. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
5. Catat perilaku dari orang terdekat/ keluarga yang meningkatkan “peran sakit” pasien
o Rasional
1. Memberikan bantuan yang sesuai
2. Memungkinkan pasien untuk membantu keputusan yang didasarkan atas pengetahuan nya.
3. Kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan diberi respons dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang dihadapinya.
4. Pasien mungkin secara tidak sadar memperoleh keuntungan seperti : terlepas dari tanggung jawab, perhatian dan kontrol dari yang lain.
5. Orang terdekat/ keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk mempertahankan ketergantungannya dengan melakukan sesuatu yang pasien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain.

Diketik ulang oleh pendi
Daftar Pustaka
 Barbara Engran, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, 1998, Jakarta, Buku Kedokteran)
 (Arif Mansyur, kapita Selekta kedokteran, 313)
 R.Syamsuhidayat dkk,buku ajar ilmu bedah 1987,Jakarta.Buku kedokteran
 Netitina Sandra M,Pedoman praktik keperawatan,2002,EGC 3 dimensi
 www.Medicastore.com
 www.siaksoftmilikanda.com
 www.Ilmukeperawatancarewithlove.com
 www.tabloidnova.com


















No comments:
Write komentar

Klik & Subscribe Ya..

Translate